Kesalahan persepsi mungkin banyak dialami oleh
banyak orang, termasuk saya. Ini adalah pengalaman saya yang termasuk dalam
kesalahan persepsi. Semoga teman-teman tidak mengalaminya.
1. KESALAHAN ATRIBUSI
Ketika itu saya masih SMA, saya mendapat tugas
kelompok dari guru saya, dan saya satu kelompok dengan teman sebangku saya,
namanya Yusi. Kami berdua akhirnya setuju untuk mengerjakan tugas di rumah
teman saya. Pada saat tiba di rumah teman saya, kami langsung mengerjakan tugas
tersebut. Ketika sedang serius mengerjakan tugas, tiba-tiba ada tamu. Saya
tidak tahu ada urusan apa orang itu datang. Karena saya ada di ruang tamu
sedangkan mereka berbicara di teras rumah sehingga saya tidak mendengar
percakapan mereka. Saat orang tersebut masuk, saya sangat terkejut.
Orang itu sangat cantik, tinggi, putih bersih, langsing, dan pakaiannya sangat stylish, dan terlihat seperti wanita feminim. Saya langsung beranggapan dia seorang model, karena Yusi punya banyak teman yang jadi model.
Orang itu sangat cantik, tinggi, putih bersih, langsing, dan pakaiannya sangat stylish, dan terlihat seperti wanita feminim. Saya langsung beranggapan dia seorang model, karena Yusi punya banyak teman yang jadi model.
Waktu orang itu duduk di sebelah saya sedangkan
Yusi masuk ke dalam, entah untuk apa. Saya bertanya ke orang itu, “Mbak..
namanya siapa?”. Tapi orang itu sepertinya tidak mendengar saya karena sedang
sibuk dengan HPnya. Kemudian saya panggil lagi, “Mbak…”. Dia kemudian menoleh
dan berkata, “ya… ada apa?” dengan suara yang berat, khas suara cowok. Saya
langsung kaget, saya langsung spontan jawab, “ha.. enggak mas. Nggak ada
apa-apa mas”. Ternyata saya salah dia seorang cowok, dia banci. Setelah orang
itu pergi, saya cerita pada Yusi. Dia langsung ketawa, dia cerita bahwa orang
itu pemilik salon langganannya. Pantas saja tubuhnya sangat terawat karena dia
pemilik salon. Saya kira dia model wanita.
2. HALO EFFECT
Ketika saya masih SMP saya punya teman sekelas
namanya Luluk. Dia sangat pintar terutama pelajaran matematika, dia juga baik,
dan sikapnya santun, dia juga pembawaannya kalem tidak seperti saya yang
urakan. Sampai semua teman sekelas ingin bisa pintar matematika seperti dia.
Saya pun sering bertanya dengannya ketika ada pelajaran yang tidak saya
mengerti. Karena kepintarannya pada pelajaran Matematika tersebut akhirnya saya
dan teman-teman saya sekelas sangat mempercayainya untuk menjadi bendahara
kelas. Urusan kas kelas pun jadi tanggung jawab Luluk. Setiap hari teman-teman
sekelas membayar uang kas padanya. Sampai pada akhir tahun pelajaran, ketika
kami mau kenaikan kelas. Kami sekelas sepakat untuk membagikan uang kas kepada
masing-masing anak.
Namun sikap Luluk mulai berubah, dia selalu
menghindar ketika diminta memberikan uang kas dengan alasan uangnya ketinggalan
di rumah. Sampai akhirnya kami semua memaksanya untuk memberikan uang kita dan
mengajak wali kelas kami untuk membicarakannya dengan Luluk. Dan akhirnya Luluk
mengaku kepada wali kelas kami bahwa uang kas sudah habis, digunakan Luluk
untuk keperluan pribadinya.
Dari sini bisa dilihat bahwa orang yang pintar
Matematika belum tentu bisa menjadi bendahara yang baik.
3. STEREOTIPE
Ketika lebaran saya pergi ke rumah nenek saya. Di
sana semua keluarga besar berkumpul, sampai di sana ramai sekali karena
cucu-cucu nenek berkumpul semua. Semua cucu nenek ada 7 anak, belum termasuk
anak-anak dari ponakan nenek saya. Dari sekian banyak cucu nenek, hanya ada
satu yang masih kecil namanya putra, dia masih TK. Dan ketika pembagian angpau
dari tante-tante dan om-om, putra disuruh memilih antara uang dan mainan, dia
malahan memilih mainan daripada uang padahal dengan uang itu, dia bisa membeli
lebih dari satu. Ketika mainannya diambil oleh salah satu om saya dan uang yang
diberikan padanya, dia langsung menangis keras sekali. Dan pada saat mainan itu
diberikan padanya, dia langsung diam. Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa
anak kecil itu lugu. Mereka masih belum tahu banyak hal, apalagi uang.
4. PRASANGKA
Di daerah rumah saya sering sekali ada sales.
Mereka selalu memakai baju rapi dengan kemeja, memakai sepatu fantovel dan
membawa tas jinjing yang sangat besar, berisi barang yang mereka tawarkan
sambil berjalan kaki mencari pelanggan. Akhirnya saya menganggap bahwa orang
yang berjalan kaki memakai baju rapi dengan kemeja, memakai sepatu fantovel dan
membawa tas jinjing yang sangat besar maka dia adalah sales.
Dan yang paling tidak saya suka, sales yang
datang ke rumah saya selalu memaksa masuk meskipun pintu rumah dalam keadaan
tertutup. Mereka selalu mengetuk pintu sampai dibukakan pintu apabila melihat
jendela masih terbuka meskipun pintu dalam keadaan tertutup. Dan mereka akan
terus nyerocos tentang barang yang mereka jual sampai orang yang ditawari mau
membeli.
Pada saat saya hanya berdua dengan adik saya di
rumah. Ketika saya berada di teras rumah saya melihat ada orang yang berpakaian
rapi dengan membawa tas jinjing yang sangat besar berjalan kaki ke arah rumah
saya. Langsung saja saya lari ke dalam rumah mengajak adik saya menutup semua
pintu dan jendela di rumah, membuat rumah saya seperti tak ada orang, supaya
orang itu tidak ke rumah saya, padahal saya tidak tahu orang itu sales atau
bukan.
5. GEGAR BUDAYA
Ketika saya di ajak tante saya ke rumah Bapaknya,
awalnya saya tidak berpikiran macam-macam, langsung saja saya bilang “Iya”.
Rumah bapak tante saya ada di daerah Lamongan. Ketika perjalanan ke sana, saya
kira rumahnya ada di daerah Lamongan yang di kota, tapi ternyata ada di daerah
pelosok, tempatnya ada di desa sekali. Untuk masuk ke perkampungannya saja
butuh waktu sekitar satu jam. Dan jalannya, astaga… banyak batu-batuannya,
untung saja ban mobilnya tidak pecah, kalau sampai pecah bisa-bisa kami jalan kaki
karena di kanan kiri jalan tidak ada bengkel, hanya ada sawah saja.
Pada waktu di rumahnya, saya sangat kaget.
Rumahnya sangat sederhana, hanya dari bambu dan sangat kecil. Ketika sudah
beberapa jam di sana, sialnya saya ingin buang air besar. Akhirnya saya tanya
di mana toiletnya, kemudian oleh seorang wanita tua yaitu adik dari bapaknya
tante saya, yang kemudian saya panggil „mbah‟, saya diantar ke samping rumah,
di sana ada tempat kecil yang di kelilingi oleh papan, tingginya hanya sebatas
leher saya. Kagetnya, saya di suruh masuk ke sana, katanya itu toiletnya.
Kemudian saya masuk, dan di sana hanya ada satu ember berisi air, saya langsung
mengira bahwa itu kamar mandinya, tapi pikir saya bagaimana mungkin mandi hanya
dengan satu ember kecil. Saya mengatakan pada si mbah bahwa saya mau buang air
besar. Kemudian si mbah mengatakan bahwa bukan di sini tempatnya. Saya pun di
ajak ke sebuah sungai, di sungai itu saya di suruh buang air besar, padahal di
sana tidak ada penutupnya, di sana benar-benar alam terbuka. Saya berkata pada
si mbah apakah tidak ada yang mengintip, si mbah pun menjawab dengan santainya
bahwa dia akan menjaga supaya tidak ada yang mengintip. Benar-benar hal ini
membuat saya binggung dan stress, bagaimana mungkin saya bisa melakukannya di
tempat seperti ini. Akhirnya saya memutuskan kembali saja ke rumah.
Sesampainya di rumah, saya langsung menemui tante
saya dan menceritakan kejadian tadi, dan mengajaknya pulang hari ini juga.
Padahal sebelumnya kami berencana untuk menginap, tapi saya tidak betah di
sana. Akhirnya tante saya menyetujuinya, dan mengatakan pada bapaknya dan si
mbah bahwa kami ada urusan mendadak jadi tidak bisa menginap.
0 komentar:
Posting Komentar