Welcome to Yulinda Mawarni's Blog

Senin, 27 Oktober 2014

ANALIS KEBIJAKAN PUBLIK

Analis kebijakan publik beda lho dengan analisis kebijakan publik!!!

1. Pengertian
Analis kebijakan adalah meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan, serta program publik. Analis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa, atau seluruh tahap dari proses pembuatan kebijakan, tergantung pada tipe masalah yang dihadapi klien yang dibantunya.

2. Macam-Macam Analis Kebijakan
Dalam konsep Harold Laswell tentang analis/ilmuwan kebijakan meliputi sejumlah peran dan tipe hal ini dikuatkan dengan pendapat Merelman (1981:492) mengkarakteristikan sebagai berikut :
  • Dokter bagi personalitas politik
  •  Insinyur social
  • Pengumpul intelegensi
  • Advokat kebijakan
  • Mahasiswa administrasi publik
Analis kebijakan memiliki latar belakang pendidikan formal yang berbeda-beda, hal ini yang berujung pada banyaknya para analisis kebijakan di berbagai bidang mulai dari bidang sosial, ekonomi, hokum, sosiologi, geografi, ilmu lingkungan dan sebagainya.

3. Area Analis Kebijakan Mengkaji dan Menganalisis Sebuah KebijakanUmumnya analisis kebijakan berada pada area dimana mereka dapat dengan mudah mengkaji dan menganalisis sebuah kebijakan antara lain pada:
  • Universitas bagi pada akademisi yang mengkaji masalah dan proses kebijakan
Biasanya para akademisi ditunjuk oleh pembuat keputusan karena dianggap mempunyai kapabilitas dan pemahaman yang cukup sesuai dengan bidang kajian dan dianggap memiliki netralitas dalam memberikan masukkan terhadap pembuat keputusan dan kebijakan;
  • Institusi penelitian independent dan think-tanks
Institusi peneliti ini biasa bersifat independen dalam mengkaji atau menganalisis sebuah kebijakan guna dijadikan masukkan bagi pembuat kebijakan untuk diadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kebijakan yang ada.
  • Unit dalam lembaga kebijakan
Biasa terdiri dari staff ahli yang bertanggung jawab melakukan penelitian didalam pemerintah, agen pemerintah dan lembaga publik kemudian memberikan pertimbangan dan masukkan bagi pembuat kebijakan untuk dilakukan perbaikan;
  • Interest group atau kelompok kepentingan
Mereka ini biasanya mempengaruhi kebijakan dengan melakukan monitoring kebijakan kemudian memunculkan ide-ide baru yang sesuai dengan kepentingan kelompok mereka dan mengajukan kepada pembuat kebijakan sebagai alternative kebijakan yang baru;
  • Partai politik
Pada partai politik pada umumnya memiliki departemen sendiri dalam organisasinya yang bertugas untuk melakukan penelitian sebuah riset kebijakan dan pembangunan yang selanjutnya akan digunakan sebagai penekan bagi pemerintah apabila dalam pelaksanaan kebijakan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilaksanakan. Proses ini melahirkan kepentingan bagi partai politik itu sendiri baik dalam pemerintahan maupun untuk kelangsungan partainya kedepan.
  • Konsultan lepas
Mereka ini tidak terikat pada lembaga manapun dan melakukan riset berdasarkan kontrak atau imbalan. Ini agak sedikit diragukan karena bisa jadi dalam proses analisisisnya tidak sesuai dengan kebutuhan oleh karena hasil analisisnya berpengaruh pada kontrak atau imbalan.

4. Yang Diperlukan Oleh Seorang Analis Kebijakan
Analis kebijakan adalah seseorang yang melakukan analisis kebijakan. Yang diperlukan oleh seorang analis:
  • Analis harus tahu bagaimana mengumpulkan, mengorganisasikan dan mengkomunikasi informasi dalam situasi dimana waktu dan informasi terbatas. Mereka harus dapat membuat strategi untuk mengerti secara cepat problem untuk analisis kebijakan tersebut dan sejumlah solusi yang mungkin. Mereka harus dapat mengidentifikasi secara cepat, paling tidak secara kualitatif, biaya dan manfaat untuk masing-masing alternatif dan mengkomunikasikan penilaian tersebut dengan klien.
  • Analis membutuhkan perspektif (pandangan) untuk meletakkan problem sosial yang dihadapi kedalam konteks, memahami kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah.
  • Analis membutuhkan kemampuan teknis untuk memperkirakan kebijakan-kebijakan apa yang diperlukan bagi masa datang yang lebih baik dan mengevaluasi konsekuensi pilihan-pilihan kebijakan yang lebih baik. Ekonomi (mikro dan keuangan publik) dan statistik diperlukan untuk hal tersebut.
  • Analis harus mengerti institusi dan implementasi dari masalah yang diamati untuk dapat meramalkan akibat dari kebijakan yang dipilih. Dengan mengerti pandangan klien dan lawannya, analis dapat menyusun fakta dan argumentasi secara lebih efektif.
  • Analis harus mempunyai etika (moral).
5. Peranan Analis Kebijakan
a.       Analis Obyektif :
Mereka menyatakan keadaan apa adanya dalam analisisnya dan membiarkan analisis menyatakan kebenaran. Kepentingan politik klien adalah nomor dua. Fokusnya terutama adalah memperkirakan akibat-akibat dari kebijakan-kebijakan alternatif. Mereka sadar bahwa klien adalah politikus yang seringkali tidak obyektif. Walaupun demikian klien dapat memberikan informasi yang menyebabkan analis bisa bekerja pada isyu-isyu yang menarik. Meskipun analis memberikan beberapa alternatif kebijakan dan akibat-akibatnya, keputusan terakhir pemilihan alternatip tetap berada ditangan klien. Analis obyektif biasanya berusaha menjaga jarak dengan klien dan lebih menyukai bekerja untuk institusi daripada bekerja untuk pribadi. Banyak diantara analis ini yang pekerjaan tetapnya adalah diperguruan tinggi.
b.      Pembela Klien
Mereka jarang memberikan kesimpulan-kesimpulan yang definitif dan justru menggunakan kesamaran tersebut demi kepentingan klien. Mereka harus loyal kepada klien (pejabat) sebagai imbalan bagi jabatan yang diberikan kepadanya, misal sebagai asisten, penasehat, staf ahli atau konsultan. Itulah sebabnya banyak pejabat pemerintah atau konsultan yang tidak bisa berkomentar sebebas analis obyektif (misal dari perguruan tinggi) atau analis isyu (dari orsospol atau LSM) walaupun kemampuannya sama. Biasanya mereka memilih klien dengan system nilai yang sesuai. Seyogyanya dalam jangka panjang mereka berusaha merubah klien supaya menjadi lebih bermoral.
c.       Pembela Isyu
Mereka jarang memberikan kesimpulan-kesimpulan yang defenitif dan justru menguatkan kesamaran tersebut dan membuang hal-hal yang tidak menguntungkan jika diperkirakan hasil analisisnya tidak mendukung pembelaan isyu tersebut. Klien yang memberikan kesempatan untuk pembelaan isyu tersebut, dipilih berdasarkan persamaan kepentingan. Contoh pembela isyu adalah lembaga bantuan hukum dan lembaga konsumen. Seyogyanya analisisnya berguna untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

 6. Disiplin Ilmu Sosial Terapan
Analis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan :
  • Nilai. Yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi.
  • Fakta. Yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai.
  • Tindakan. Yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.
Didalam menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan tersebut, seorang analis dapat memakai satu atau lebih dari pendekatan analisis, yaitu :
  • Pendekatan empiris. Ditekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan publik tertentu. Disini pertanyaan utama bersifat faktual (apakah sesuatu ada?) dan macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif.
  • Pendekatan valuatif. Ditekankan pada penentuan bobot atau nilai beberapa kebijakan. Disini pertanyaannya berkenaan dengan nilai (berapa nilainya?) dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat valuatif.
  • Pendekatan normatif. Ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah-masalah publik. Pertanyaannya berkenaan dengan tindakan (apa yang harus dilakukan?) dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat preskriptif.
 7. Argumentasi Kebijakan
Para analis kebijakan berusaha tidak hanya untuk memproduksi informasi tetapi juga untuk mentransformasikan informasi tersebut sebagai bagian dari klaim pengetahuan dan argumen kebijakan. Argumen-argumen kebijakan mencerminkan alasan mengapa kelompok-kelompok masyarakat tidak setuju pada alternatif tindakan tertentu yang dapat diambil pemerintah dan menjadi sarana utama untuk melangsungkan debat tentang isu-isu publik. Setiap argumen kebijakan mempunyai enam elemen yaitu :
  • Informasi yang relevan dengan kebijakan. Informasi yang relevan dengan kebijakan dihasilkan melalui penerapan berbagai metode merupakan bukti dari kerja analis.
  • Klaim kebijakan. Kesimpulan dari suatu argumen kebijakan.
  • Pembenaran. Suatu asumsi di dalam argumen kebijakan yang memungkinkan analis untuk berpindah dari informasi yang relevan dengan kebijakan ke klaim kebijakan.
  • Dukungan. Dukungan bagi pembenaran terdiri dari asumsi-asumsi tambahan atau argumen-argumen yang dapat digunakan untuk mendukung pembenaran yang tidak diterima pada nilai yang tampak.
  • Bantahan. Kesimpulan yang kedua, asumsi, atau argumen yang menyatakan kondisi dimana klaim asli tidak diterima, atau klaim asli hanya dapat diterima pada derajat penerimaan tertentu.
  • Kesimpulan. Mengekspresikan di mana analis yakin terhadap suatu klaim kebijakan.
Struktur argumen kebijakan mengilustrasikan bagaimana para analis dapat menggunakan informasi untuk merekomendasikan pemecahan bagi masalah-masalah kebijakan.   
  
 8. Dokumen yang Relevan dengan Kebijakan
Dalam menghasilkan informasi, analis harus membuat dokumen yang relevan dengan kebijakan, yaitu materi tertulis yang mendeskripsikan proses dan kesimpulan analisis kebijakan, termasuk setiap rekomendasi untuk aksi. Hal-hal yang harus dilakukan oleh analis kebijakan dalam pembuatan dokumen, diantaranya :
Sintesis. Analis lazimnya bekerja dengan ratusan halaman laporan yang telah terpublikasi, surat kabar, artikel jurnal, catatan ringkasan wawancara dengan narasumber atau pelaku kebijakan, kutipan undang-undang atau peraturan yang berlaku, dan tabel-tabel statistik.
Organisasi. Analis harus dapat mengorganisir informasi secara koheren, konsisten, dan ekonomis.
Terjemahan. Terminologi dan prosedur analisis kebijakan harus diterjemahkan ke dalam bahasa pelaku kebijakan.
Penyederhanaan. Solusi-solusi masalah yang potensial kebanyakan luas ruang lingkupnya, saling bergantung, dan kompleks.
Penyajian visual. Ketersediaan grafik komputer yang canggih dan mudah dipakai telah secara dramatis meningkatkan kapasitas untuk komunikasi visual yang efektif.
Ringkasan. Pengambil kebijakan dengan agenda yang sangat padat bekerja di bawah tekanan keterbatasan waktu yang membatasi waktu mereka tidak lebih dari beberapa menit seharinya.
Bentuk-bentuk umum dari dokumen yang relevan dengan kebijakan adalah paper isu kebijakan, catatan kebijakan, ringkasan eksekutif, lampiran, dan siaran berita. Dokumen yang paling komprehensif dan rinci yang dapat dibuat analis adalah paper isu kebijakan.

 6. Informasi yang dihasilkan
Lima tipe informasi yang dihasilkan oleh analis kebijakan yaitu :
a.       Masalah kebijakan.
b.      Masa depan kebijakan.
c.       Aksi kebijakan.
d.      Hasil kebijakan, dan
e.       Kinerja kebijakan.

Kelima tipe informasi tersebut diperoleh melalui lima prosedur analisis kebijakan yaitu perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi. Prosedur-prosedur analisis kebijakan tersebut berhubungan dengan metode-metode atau teknik-teknik tertentu yang membantu menghasilkan tipe informasi tertentu. Informasi didasarkan pada pernyataan pengetahuan menjadi pengetahuan (kepercayaan tentang kebenaran yang masuk akal) setelah pernyataan tersebut dapat bertahan dari kritik, tantangan, dan sanggahan yang ditemui dalam debat kebijakan.

Sumber:
Dunn N, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Parsons, Wayne. 2006. Publik Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana.
http://bugiskha.wordpress.com/2012/04/11/ faktor-faktor-sosial-budaya-ekonomi-dan-lingkungan-dalam-analisis-kebijakan-publik/

Inget Waktu Ngerjain Skripsi

Jaman-jaman ngerjain skripsi udah lewat sih.. tapi sensasinya itu loh gak bisa dilupain (halah apaan ini). Beneran ini, apalagi habis ngerjain skripsi trus lulus tapi belom kerja-kerja juga, pasti mikir “mending ngerjain skripsi aja daripada nganggur gini, gak dapat jatah duit bulanan lagi” (hehe curhat ini ceritanya).

Waktu ngerjain skripsi dulu banyak banget kejadian-kejadian lucu (menurutku L), miris juga sih kalau diinget-inget.

Waktu semester 7 aku sama temenku genk “KLUWEK” (gak ngerti juga kenapa namanya gitu) semangat banget harus lulus 3,5 tahun, udah deh semboyan kita jadi “kita harus lulus 3,5 tahun”. Tapi nyatanya….. satu semester cuma dapet acc judul aja, gak tau kenapa setiap bahas skripsi pada sok-sok sibuk ngerjain tugas ini lah itu lah jadi ketunda-tunda terus. Akhirnya se-genk yang lulus 3,5 tahun cuma sebiji doang (hehe seorang maksudnya).


Ini nih genk KLUWEK yang lulus pertama kali mas Arif Hidayat, S.Sos. Aku cuma ada foto ini rif… Sumpah mukamu kayak orang dipaksa nikah. Wkwkwkw :D (piss….)

Gara-gara gagal lulus 3,5 tahun, waktu semester 8 kita sibuk tu lihat-lihat kalender akademik kapan jadwal lulus 3,7 tahun. Omongan kita tiap hari ampe bisa ditebak “kira-kira nutut gak ya lulus 3,7 tahun”. Kalau dipikir gampangnya nih kuliah tinggal skripsi doang masak gak bisa lulus 3,7 tahun, ya kan??. Tapi gak tau nasibku yang jelek apa gimana, tiap mau bimbingan susahnya minta ampun, secara dospemku kaprodi+gak mungkin bimbing aku aja. Sekalinya bimbingan banyak banget coretan caktiknya, di halaman ini coret cantik, di situ coret cantik, di sini coret cantik (berasa Syahri**). Dan lagi-lagi genkku yang lulus cuma seiprit, sedihnya… (salah apa genkku ini??). Apa aku salah satunya? Ya… Alhamdulillah aku BELUM LULUS saudara-saudara.

Ada dua orang yang lulus, Reni Septiana S.Sos sama Latifah, S.Sos. Ini fotonya tapi aku gak punya foto mereka yang jelas waktu wisuda, soalnya aku gak bisa dateng waktu wisuda mereka (temen macam apa aku ini, maaf ya…).
        

Habis mereka berdua wisuda, bener-bener banyak tekanan apalagi tekanan dari orang tua, pasti nanyain mulu “udah ta skripsinya?”. Genk KLUWEK tinggal 3 orang aja lagi, padahal biasanya kemana-mana bareng-bareng, kerasa banget sepinya. Waktu itu sama temenku yang namanya Novia, kita sering banget ke perpus, ceritanya nih ngerjain skripsi dari pagi sampe sore diperpus tapi kadang aku cuma dapet hasil selembar aja paling banyak juga 5 lembar, gak ada ide sama sekali buat nulis itu skripsi, dan ini kejadian tiap hari. Sedih? iya, binggung? Banget, waktu itu aku kepikiran terus tapi gak ada niatan buat ngerjain (hehehe), gimana ya emang gak tau mau diisi apa skripsinya. Salah niatku mungkin ya.. aku niatnya ke kampus cuma buat dapet jatah uang saku hehe, ya habis kalau di rumah gak dapet duit plusss biar kelihatan rajin gitu ke perpus mulu hahaha….

Gara-gara udah mepet waktunya, akhirnya tu skripsi selesai juga, ngebut sebenernya. Aku sama novia itu punya kesamaan persepsi “The Power of Kepepet”. Gak tau kenapa kalau udah kepepet ide itu ngalirnya deres banget, semalem aja bisa jadi (hasil belakangan yang penting kan selesai haha..). Tapi Alhamdulillah perjuanganku gak sia-sia, skripsiku dapet A dong…



Nih.. KLUWEK terakhir yang diwisuda lulus 4 tahun: Yulinda Mawarni, S.Sos, Novia Kartika Sari, S.Sos, Nila Widiyajayanti, S.Sos.

Buat temen-temen yang mau atau lagi ngerjain skripsi aku kasih pesen-pesen nih (berasa pinter aja haha):
  1. Niat, ini penting nih.. kalau gak punya niat buat ngerjain skripsi sampai kapan pun skripsimu gak bakal selese.
  2. Bertindak, udah sering denger kan kalau niat tanpa tindakan gak ada gunanya, ini bener banget sebener benernya. Aku waktu ngerjain skripsi niatnya udah ngepol 100% tapi cuma aku pikirin aja gak pernah tak kerjain, akhirnya target 3,5 tahunku meleset kan. Ngerjain selembar dua lembar gakpapa lah.. yang penting rajin tapi dari jauh-jauh hari ngerjainnya.
  3. Sering-sering bimbingan sama dosen pembimbing kalian. Sering bimbingan bukan berarti kita bodoh banget ya, tapi supaya kita tau kesalahan kita dimana, kita juga bisa banyak masukan dari dosen pembimbing. Menurutku gak ada dosen yang menyulitkan buat kita lulus, justru kebalikannya mereka pengen kita cepet lulus soalnya udah enek kali liat muka kita terus (hehe.. maap).
  4. Do’a, niat sama usaha kita gak ada artinya kalau tanpa do’a, yang nentuin semuanya itu yang di atas. Bener gak??
  5. Siapin duit bro… bener-bener habisin duit tu skripsi, padahal bentuknya skripsi gitu-gitu aja, gak ada yang dilapis emas atau swarovski.
Semoga kalian sukses ngerjain skripsinya J